Semalam di Kuala Lumpur

Oleh: Kate

“Bu, ini itiniary perjalanannya.”

Perhatianku terpecah oleh suara sekretarisku. Aku menerima kertas yang disodorkannya. Bibirku melengkung ke bawah. Tega sekali orang yang merancang jadwal perjalananku! Tiga hari di Beijing, langsung terbang ke Kuala Lumpur. Meeting estafet, dari sore sampai malam, dilanjutkan pagi sampai sore. Mantap. Kapan aku bisa jalan-jalan?

Lucu ya, pekerjaanku terkadang membawaku terbang ke negara-negara asing yang membutuhkan beberapa belas jam perjalanan, tapi aku belum pernah sama sekali mengunjungi negara tetangga, Malaysia. Sayangnya kesempatan mengunjungi Malaysia pada perjalanan kali ini digunakan untuk rapat.

Uh, sebel. Tiba-tiba teleponku berdering.

“Halo?”

“Kate, I am impressed with your presentation. I think you deserve an extra night in Kuala Lumpur.”

Boo, bener nggak sih, aku nggak mimpi? Sejak kapan perusahaan berbaik hati memberikan cuti liburan untuk karyawannya? Hmmm... Santa Claus ternyata mendengarkan permohonanku ya.

***

Jadi begini yang terjadi. Meeting udah kelar dari jam tiga siang. Seharusnya pesawatku akan menggelinding di runway pada pukul delapan malam waktu Kuala Lumpur, tapi kenyataannya sekarang aku sedang menggelinding sendirian di Jalan Bukit Bintang, cuci mata sambil menyusuri deretan mal-mal. Aku nginap di hotel bintang lima yang sangat nyaman, The Westin Kuala Lumpur. Aku belum pernah melihat menu breakfast selengkap hotel ini!

Aku memutuskan untuk berhenti di kedai es krim Haagen Dazs. Aku pesan es krim rasa kacang almond lalu duduk di bangku yang dekat dengan jendela menghadap trotoar. Langit belum gelap, di sini matahari tenggelam pada jam tujuh malam. Orang-orang bergerak dengan cepat. Ras, warna kulit, warna rambut, dan bahasa campur baur terdengar. Ada cewek butch jam enam, bersama tiga sahabat andronya. Radar lesbianku langsung bergerak. Kuperhatikan gerak gerik mereka dengan penuh perhatian. Mereka berjalan santai, menghilang di tengah keramaian.

Kuintip brosur yang kugenggam sampai lecek di tanganku. Kira-kira abis ini ke mana ya? Jalan-jalan ke Suria KLCC, Starhill Galery, Lot 10, atau ke Berjaya Times Square? Aku pengin lihat KLCC yang katanya dulu pernah diancam akan ditabrak dengan pesawat terbang oleh teroris. Maklum, KLCC adalah gedung kembar tertinggi di dunia. Aku memutuskan pergi ke sana, sambil berdoa semoga malam ini nggak ada teroris yang punya rencana merobohkan KLCC dengan apa pun.

Aku naik monorail, menembus mal Berjaya Times Square. Sejenak aku tergoda untuk turun dan menghilang di mal ini, tapi tidak jadi. Tidak lama kekasih mengirim SMS dari Jakarta. Apa kabar, lagi ngapain, saya kangen, sapanya. Pintu monorail tertutup ketika aku selesai mengetik balasan SMS-ku.

KLCC berdiri dengan megah dihujani oleh sinar warna-warni. Aku mendongak, menatap gedung raksasa angkuh itu. Aku melangkah masuk, disapa oleh dingin penyejuk ruangan. Di samping gedung itu, ada taman yang sangat luas. Banyak yang duduk-duduk di pinggir kolam tanpa terganggu oleh pengemis atau penjaja asongan. Aku mencari tempat duduk dan menikmati matahari tenggelam. Mataku nggak berhenti bergerak, mengamati sepasang perempuan yang duduk berdekatan. Tidak menarik perhatian, tapi aku dapat dengan mudah menebak bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Aku naik ke lantai paling atas, masuk ke PetroSains, semacam museum sains buat anak-anak. Banyak sekali anak-anak berkeliaran. Aku memutuskan untuk masuk dan melihat-lihat. Ternyata emang nggak nyesel deh masuk ke PetroSains.

Dari sana, aku memutuskan untuk pergi ke China Town. Kupanggil taksi butut berwarna merah dan putih. Halah, taksi Jakarta lebih bagus. Sopirnya, seorang India berkulit sangat gelap bertanya dengan sopan ke mana tujuanku. Aku bilang China Town, tempat yang enak untuk makan malam. China Town ternyata seperti China Town yang tersebar di negara-negara lain: kotor, ramai, dan penuh dengan orang-orang Cina. Sepanjang China Town, banyak sekali gedung-gedung tua bersejarah, yaitu gedung kantor polisi The Old High Street, kantor pos, The Old China Cafe, gedung Kwon Siew Association, kuil Sri Maha Mariamman, gedung Lee Rubber, dan gedung Chan See Shu Yuen Association. Gedung itu masih berdiri tegak dan terawat apik.

Duduk sendirian, aku memilih restoran Cina yang terlihat bersih dan ramai. Aku kangen dengan kekasihku. Dia sedang apa ya? Sudah jam 9 malam waktu Kuala Lumpur, jam 8 waktu Jakarta. Pasti kekasihku masih berada di kantornya, berkutat dengan tumpukan file dan ocehan bos. Aku meneleponnya, memintanya menemaniku menghabiskan makan malamku. Sambil mengobrol, mataku jelalatan. Kira-kira ada nggak ya pasangan lesbian lagi atau genk lesbian sedang menikmati malam di China Town, seperti aku sekarang? Duh, kangen juga dengan teman-teman lesbianku di Jakarta.

Setelah perut kenyang, aku memutuskan untuk menyisiri Bukit Bintang sekali lagi, berjalan-jalan dengan santai. Akhirnya aku kembali ke hotel pada pukul sebelas malam, lelah dan sangat kesepian.

Pesawatku berangkat ke Jakarta pukul satu esoknya, sehingga sepanjang pagi kuhabiskan dengan shopping di Sentral Market yang menjual berbagai aneka souvenir menarik dan unik dari Malaysia. Kulirik jam tangan. Kalau ada waktu tambahan, aku ingin sekali mampir di National Gallery untuk menghirup udara culture. Tapi karena tidak memungkinkan, terpaksa aku kembali ke hotel untuk check out, mencari taksi bandara. Sejam berikutnya aku terkantuk-kantuk di taksi dalam perjalanan menuju Kuala Lumpur International Airport (KLIA). Tiba di Jakarta, langsung cabut menuju kantor, menghadap bos, dan tenggelam di mejaku oleh timbunan pekerjaan sampai pukul sepuluh malam. Kekasih menelepon, berjanji menjemputku di kantor. Aku mengiyakan sambil menguap lebar. Hhh, perjalananan bisnis kali ini nggak ada jetlag sama sekali, tapi kerinduanku pada kekasih selalu bisa mengalahkan jetlag separah apa pun.

@Kate, Sepocikopi, 2007

gambar dari www.wikipedia.org

Tentang Kate: lahir pada bulan purnama. Memiliki rambut panjang dan lebat yang nggak rela dipotong, menunggu kesempatan ditemui oleh pencari model untuk iklan sampo dan conditioner. Sampai sekarang dia masih menunggu dengan sabar...
abcs